Wikipedia

Hasil penelusuran

Minggu, 07 Desember 2014

Rabb ku…
Hanya saja jejak-jejak kesedihan itu
masih menyelimuti dinginnya malam kesepianku
Sunyi senyap dalam diamku tersirat makna
Kebisingan  dunia di luar sana tak memberi arti bagiku…
Bayang-bayang seribu sosok tak jua lenyap
Hingga dalam kenangan yang suram
Akankah ada pelangi yang mewarnai langit qalbu
Sesaat mendung membawa derasnya rintihan jiwaku…


Garis senyuman tak memberi arti tanpa ketulusan
Wahai pandangan semu nan sesaat…
Berhenti berharap dikala semua tak memberi arti
Engkau jualah yang memisahkan diri
Biarkan jarak dan waktu terbentang
Sebab jalan kita tidak selaras harapan
Inikah perjumpaan singkat yang terukir
dalam bingkai-bingkai sejarah kehidupan…

“Ku bukan siapa dan mengapa”


Kamis, 04 Desember 2014



Namun jasad lemah ini pun tidak tahu menahu kala itu mengapa ada rasa gundah dan menggebu saat harus dia yang dipertukarkan data diriku dengannya, bisikku dalam haru bahwa bukankah dia lebih mencapai derajat keimanannya daripadaku sendiri yang sering jatuh dalam jurang ini.

Tapi aku sendiri bingung sejak sebelum tawaran dari teman itu datang, sosok hamba Allah yang pernah kulihat mondar mandir di sekolahku 6 tahun silam lalu sebagai penggerak panji Islam penyebar syiar penegak syari’at Ilahi itu tiba-tiba saja datang membayangi pikiran lemahku tanpa aku sadari bahwa dialah atau diakah, mengapa? Mengapa harus dia? Mengapa proses itu harus kujalani di saat aku masih sibuk dengan kegiatan PPL ku, yang mengharuskan pikiranku bercabang-cabang entah ke mana dan apa yang harus kuprioritaskan kala itu.

Meski kusadari bahwa jauh jauh hari sebelumnya di dalam lubuk qolbu ada harapan dan impian yang telah terukir lama di situ tentang sosok seperti dia dan dia, tapi lagi-lagi aku semakin merendah dan tak pantas jika harus membesar-besarkan harapan dan impianku itu, saat keadaan keimanan dan kepatuhan ini terpuruk dan jauh dari keramaian komunitas mereka yang sholih sholihah.

Hingga akhirnya ku tahu betapa bodohnya jika aku harus merasa tertipu dengan semua ini, tentang proses yang tak jelas ini, yang harus menggantungkan perasaan orang lain beberapa pekan lamanya, tanpa mereka memperdulikan seberapa besar perjuangan yang telah diri ini lakukan, tapi kusadari pengorbanan ini tidaklah ada apanya dan tidak menuntut balasan meski satu kata yang begitu menyakitkan harus terukir dan terbayang di alam pikiran yang bercabang kala itu, Kecewa,iya mungkin itu, atukah Sedih, bisa juga iya.


Apalah daya jika Allah telah menuliskan takdir di lauh mahfudzh yang sungguh di luar dugaan kita selalu, bahwa inilah rencana Allah yang akan selalu terbaik di sisiNya untuk hamba yang mau bersabar. Meski kodrat wanita itu hanya bisa membiarkan sungai kecil mengalir lembut nan deras di pelupuk matanya dan tak ada pilihan lain selain mengucap dzikir dan do’a pada Allah yang akan selalu menghadiahkan yang terbaik, karena Allah tahu apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan selalu harus ada digenggaman kita, dan biarkan dia menjalani hidupnya dengan yang lain suatu saat nanti.


Maka kusematkan dalam jiwa kerdilku akan ada pengganti yang telah Allah siapkan di belahan bumi sana masih berkelana dan aku di sini tetap menanti meski senja telah mengakhiri lembaran kisah perjalananku sore itu… 


@Losari Beach Senja Mengakhiri Tentang Mereka Yang Memberi Harapan Palsu